Masa Muda dan Karier Militer Presiden Kedua Republik Indonesia Soeharto
Presiden Kedua Republik Indonesia Soeharto terlahir dalam keluarga petani di desa Kemusuk, Yogyakarta, Hindia Belanda, pada tanggal 8 Juni 1921. Masa kecilnya dipenuhi kemiskinan dan kerja keras. Meski demikian, ia tekun belajar dan menunjukkan prestasi akademik yang baik.
- Soeharto masuk sekolah dasar di Kemusuk dan melanjutkan ke sekolah menengah atas di Yogyakarta.
- Pada tahun 1940, ia lulus dari sekolah menengah atas dan bergabung dengan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL).
- Setelah Indonesia merdeka, Soeharto bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
- Ia bertugas di berbagai posisi militer dan menunjukkan keberanian serta kecerdasannya.
- Pada tahun 1965, Soeharto berperan penting dalam menumpas pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
- Keberhasilannya dalam peristiwa tersebut menjadikannya sebagai pahlawan nasional dan membuka jalan menuju puncak karier militernya.
- Pada tahun 1967, Soeharto diangkat sebagai Panglima Angkatan Darat dan menjadi orang terkuat kedua di Indonesia setelah Presiden Soekarno.
Masa Kepresidenan Presiden Kedua Republik Indonesia Soeharto
Orde Baru adalah sebutan untuk masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia yang berlangsung dari tahun 1967 hingga 1998. Orde Baru terkenal dengan pembangunan ekonomi yang pesat, namun juga dengan pembatasan kebebasan politik dan pelanggaran hak asasi manusia.
Selama masa Orde Baru, Indonesia mengalami pembangunan ekonomi yang cukup signifikan. Pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun, dan pendapatan per kapita meningkat secara signifikan. Pembangunan infrastruktur juga dilakukan, seperti jalan raya, jembatan, dan bendungan. Namun, pertumbuhan ekonomi ini juga diiringi dengan kesenjangan sosial yang semakin lebar.
Dalam bidang politik, Orde Baru menjalankan pemerintahan yang otoriter. Partai politik hanya diperbolehkan tiga, yaitu Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Kebebasan pers juga dibatasi, dan banyak aktivis politik yang dipenjara atau diasingkan.
Pada masa Orde Baru terjadi beberapa peristiwa penting, seperti:
- Tragedi 1965, yaitu pembunuhan massal terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI).
- Pencaplokan Timor Timur pada tahun 1975.
- Krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 yang memicu kerusuhan dan jatuhnya Soeharto dari kursi kepresidenan.
Pembangunan Presiden Soeharto pada Masa Orde Baru
Masa Orde Baru merupakan periode pembangunan yang pesat di Indonesia di bawah kepemimpinan Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto. Pembangunan difokuskan pada bidang ekonomi, sosial, dan politik. Secara ekonomi, pemerintah menerapkan kebijakan pembangunan yang mendorong investasi asing dan swasta. Hal ini berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan dan mengurangi kemiskinan.
Soeharto memang menjalankan pemerintahan yang otoriter, tetapi ia tidak dapat dianggap sebagai diktator karena ia tidak memiliki kekuasaan absolut.Pencapaian pembangunan meliputi tingginya pertumbuhan ekonomi, berkurangnya kemiskinan, dan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bendungan.
Krisis Moneter dan Akhir Orde Baru
Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia. Nilai rupiah yang terus melemah dan meningkatnya utang luar negeri memicu ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Unjuk rasa dan kerusuhan terjadi di berbagai daerah, menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto. Pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto akhirnya mengundurkan diri setelah menjabat selama 32 tahun. Pengunduran diri Soeharto menandai berakhirnya era Orde Baru dan dimulainya era reformasi di Indonesia.Krisis ekonomi tahun 1997 dan ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Soeharto menjadi faktor utama keruntuhan Orde Baru.
Kehidupan Presiden Kedua Republik Indonesia Soeharto Pasca Kepresidenan
Setelah mengundurkan diri dari jabatan Presiden pada tahun 1998, Jenderal Besar TNI (Purn.) H.M. Soeharto menjalani masa pensiunnya di kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta.
Selama masa pensiunnya, Soeharto tetap aktif dalam kegiatan sosial dan politik. Ia mendirikan Yayasan Supersemar yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Ia juga memberikan dukungan terhadap berbagai kegiatan politik, termasuk pembangunan Masjid Istiqlal yang baru.